Kerja ala "Puasa Intermiten": Mengapa Jeda Justru Membuat Anda Lebih Produktif

Di dunia kerja modern, kita sering mendengar slogan "kerja keras tanpa henti" seolah itu satu-satunya jalan menuju sukses. Namun, riset terbaru dan praktik dari pakar kesehatan seperti Nahid de Belgeonne menunjukkan sebaliknya. Tubuh dan pikiran justru bekerja lebih baik ketika diberi jeda.

Konsep Puasa Kerja Intermiten lahir dari pemahaman ini. Alih-alih bekerja terus menerus dari pagi sampai sore, metode ini menyarankan kita untuk bekerja dalam blok waktu fokus sekitar 90 menit, lalu beristirahat selama 20 menit. Siklus ini mirip dengan puasa intermiten dalam diet: tubuh perlu jeda dari makanan agar bisa memproses nutrisi, begitu juga pikiran perlu jeda dari pekerjaan untuk memproses informasi.


1. Mengapa Jeda Membuat Lebih Produktif

Mencegah Burnout

Bekerja tanpa henti adalah jalan pintas menuju kelelahan. Jeda singkat memberi sistem saraf kesempatan beralih dari mode kerja intens ke mode istirahat. Transisi ini penting untuk pemulihan mental, menjaga motivasi, dan mencegah burnout.

Meningkatkan Fokus dan Kreativitas

Setelah 90 menit fokus penuh, otak mulai kehilangan daya. Memberi jeda 20 menit memungkinkan otak memproses informasi dan menyusun ulang koneksi baru. Sering kali, ide segar atau solusi muncul justru di momen istirahat.

Mengatur Ritme Sistem Saraf

Bekerja modern sering berarti duduk berjam-jam di depan layar. Padahal, tubuh dirancang untuk bergerak. Jeda singkat untuk berjalan atau peregangan mengirimkan sinyal "aman" ke sistem saraf, menenangkan stres, dan mencegah ketegangan fisik menumpuk.


2. Cara Praktis Menerapkan Puasa Kerja Intermiten

Tetapkan Waktu Fokus

Pilih satu tugas utama. Atur timer selama 90 menit. Matikan notifikasi, singkirkan distraksi, dan fokus penuh.

Gunakan Jeda dengan Bijak

Setelah 90 menit, berhenti. Gunakan 20 menit untuk aktivitas yang memulihkan: berjalan-jalan, minum air, melakukan peregangan ringan, atau sekadar melihat pemandangan. Hindari scrolling media sosial atau email karena justru membuat pikiran tetap aktif.

Ulangi Siklus

Setelah istirahat, lanjutkan siklus 90 menit fokus + 20 menit istirahat. Dengan pola ini, energi Anda tetap stabil sepanjang hari.


3. Membuat Jeda Lebih Berkualitas

Jeda tidak harus panjang, tetapi kualitasnya yang penting. Agar istirahat singkat benar-benar membantu, coba tambahkan elemen sederhana:

  • Gerakan: berdiri, regangkan tubuh, jalan singkat.

  • Napas: tarik napas dalam, hembuskan perlahan, ulangi beberapa kali.

  • Aroma: gunakan aroma alami untuk menyegarkan pikiran.

Sedikit sentuhan bisa membuat 20 menit jeda terasa seperti reset energi.


4. Inspirasi dari Bathaholic

Jeda bisa lebih bermakna jika dibantu elemen sensorik yang menenangkan. Misalnya, menyalakan diffuser dengan essential oil alami. Aroma citrus membantu meningkatkan fokus, sementara lavender membantu menenangkan sistem saraf setelah sesi kerja intens.

Bathaholic menghadirkan rangkaian essential oil dan diffuser yang bisa menjadi teman dalam praktik puasa kerja intermiten. Dengan aroma yang tepat, jeda singkat bisa berubah menjadi ritual yang memulihkan energi dan menjaga produktivitas.


5. Kesimpulan

Produktivitas bukan berarti bekerja tanpa henti. Justru dengan memberi tubuh dan pikiran jeda, kita bisa bekerja lebih efisien, lebih kreatif, dan lebih sehat. Puasa Kerja Intermiten adalah cara sederhana untuk menjaga keseimbangan ini: 90 menit fokus, 20 menit istirahat, ulangi sepanjang hari.

Karena pada akhirnya, bekerja bukan hanya tentang menyelesaikan tugas, tapi juga menjaga energi agar tetap optimal.

Bathaholic – Shortcut to Inner Peace