Praktik Harian Soothe: Rutinitas Kecil untuk Hidup Lebih Tenang

"Hidup bukan tentang menunggu badai reda, tapi belajar menari di tengah hujan."

Hidup modern penuh dengan badai kecil. Deadline. Notifikasi. Pertemuan. Lalu lintas. Semua bercampur jadi riuh.

Tubuh pun sering kali ikut berteriak. Lelah. Tegang. Tak tenang.

Nahid de Belgeonne lewat bukunya Soothe mengingatkan: menenangkan diri bukan soal sekali waktu. Ia soal praktik harian. Ia soal kebiasaan kecil yang diulang.

Mari kita telusuri empat momen harian dalam Soothe: bangun pagi, tengah hari, menjelang tidur, dan saat darurat emosi.

Waking Up – Saat Pagi Baru Tiba

Pagi adalah awal. Cara kita memulai hari bisa memengaruhi semuanya.

Namun banyak orang langsung menyalakan ponsel. Membuka email. Membaca berita. Sejak menit pertama, pikiran sudah penuh.

Nahid mengajak kita untuk berbeda. Bangun perlahan. Rasakan tubuhmu di kasur. Dengarkan napasmu. Biarkan mata beradaptasi pada cahaya.

"Saat kamu terburu-buru di pagi hari, tubuhmu membawa tergesa itu sepanjang hari."

Cobalah gerakan lembut. Meregangkan tangan. Memutar bahu. Menggoyangkan kaki. Tak perlu lama. Dua menit cukup.

Tambahkan momen syukur. Ucapkan dalam hati tiga hal yang kamu syukuri hari ini. Sesederhana itu.

Pagi yang tenang memberi fondasi. Dari sini, hari berjalan dengan nada berbeda.

Midday – Saat Hari Mulai Padat

Siang datang dengan intensitas. Pekerjaan menumpuk. Pikiran penuh. Energi menurun.

Di titik ini, tubuh sering mengirim sinyal. Kepala terasa berat. Bahu tegang. Napas pendek.

Nahid menyarankan jeda kecil. Berhenti sejenak. Tarik napas panjang. Tutup mata. Rasakan kakimu menapak di lantai.

"Even a single conscious breath is an act of self-care."

Jika bisa, berdiri dan berjalan perlahan. Rasakan setiap langkah. Bukan untuk olahraga. Hanya untuk mengingatkan tubuh bahwa ia masih hidup.

Siang juga saat tepat untuk mengisi ulang lewat makanan. Makan dengan tenang. Letakkan ponsel. Kunyah perlahan. Hadir bersama setiap gigitan.

Jeda kecil di siang hari ibarat tombol reset. Tanpa itu, kita hanya berlari tanpa arah.

Day’s End – Menutup Hari dengan Lembut

Sore dan malam adalah waktu kembali. Saat tubuh lelah, hati pun butuh tenang.

Namun sering kali kita tetap sibuk. Membuka laptop hingga larut. Menyibukkan diri dengan layar. Tidur jadi sulit.

Nahid menawarkan ritual sederhana. Redupkan cahaya. Matikan notifikasi. Lakukan pernapasan pelan. Rasakan tubuh turun dari mode siaga.

Cobalah menulis sebentar. Tuliskan tiga hal yang kamu lepaskan hari ini. Misalnya: kecemasan, target, atau pikiran berulang. Dengan menulis, beban itu keluar dari kepala.

Lalu, persiapkan tidur. Peregangan ringan. Minum air hangat. Jika suka, berendam sebentar untuk melembutkan otot.

"Rest is not a reward. It is your right."

Hari yang ditutup dengan lembut akan membuka pintu untuk esok yang lebih ringan.

Emotional Rescue – Saat Emosi Memuncak

Ada kalanya kita tidak bisa menunggu. Emosi datang tiba-tiba. Marah. Cemas. Panik.

Nahid menyebutnya Emotional Rescue.

Caranya: berhenti. Tarik napas panjang. Rasakan tubuhmu. Letakkan tangan di dada. Katakan dalam hati, "Aku aman."

Jika perlu, keluar sebentar. Jalan pelan. Rasakan udara. Biarkan tubuh mendapat ruang.

"Emotions are waves. You cannot stop them, but you can learn to surf."

Latihan kecil ini bisa menjadi penyelamat. Bukan untuk menolak emosi, tapi untuk mengizinkan mereka lewat tanpa melukai diri.

Soothe sebagai Kebiasaan

Praktik harian ini sederhana. Bangun perlahan. Jeda siang hari. Ritual malam. Pertolongan darurat emosi.

Mungkin terlihat kecil. Tapi kecil yang diulang akan membentuk kebiasaan.

Kebiasaan yang menenangkan tubuh. Menyembuhkan hati. Menjernihkan pikiran.

Soothe bukan soal menghilangkan stres. Ia soal belajar hadir. Setiap hari. Setiap momen.

"Peace is not something you chase. It is something you practice."

Mengundang Ketenangan ke Dalam Rutinitas

Rutinitas harian bisa terasa membosankan. Namun dengan kesadaran, rutinitas berubah menjadi ritual.

Bangun tidur bukan sekadar keluar dari kasur. Ia menjadi momen syukur.
Makan siang bukan sekadar mengisi perut. Ia menjadi latihan hadir.
Istirahat malam bukan sekadar memejamkan mata. Ia menjadi pintu menuju pemulihan.

Hidup tidak lagi terasa seperti kejar-kejaran. Hidup menjadi tarian. Pelan. Lembut. Penuh rasa.

Sentuhan Kecil dari Bathaholic

Untuk memperkaya praktik ini, kita bisa menambahkan sentuhan kecil.
Bukan karena kita butuh produk untuk tenang. Tapi karena aroma, tekstur, dan ritual bisa membantu tubuh merasa dirawat.

Mandi sore dengan Bathaholic Shower Gel Lavender Vanilla bisa menjadi awal ritual malam yang menenangkan.
Berendam dengan Bathaholic Bath Salt membantu tubuh benar-benar melepaskan.
Atau menyalakan Bathaholic Essential Oil Sweet Dream di diffuser, sehingga ruang tidur terasa seperti pelukan.

Hal-hal kecil itu bukan tujuan akhir. Mereka hanya pintu.
Pintu untuk mengingat bahwa tubuh layak dirawat. Bahwa kita berhak merasa damai.